"Berbagi
itu meluangkan waktu, bukan mengisi waktu luang". --Hoshizora Foundation
Postingan instagram berisi kalimat tersebut membuatku terpaku. Awalnya gemar berkegiatan menjadi volunteer semata-mata untuk memanfaatkan waktu. Sekarang aku mengerti, berbagi itu bukan sekedar mengolah waktu yang kita miliki. Berbagi adalah sikap di mana kita melakukan sesuatu dengan ikhlas dalam segala kondisi.
Postingan instagram berisi kalimat tersebut membuatku terpaku. Awalnya gemar berkegiatan menjadi volunteer semata-mata untuk memanfaatkan waktu. Sekarang aku mengerti, berbagi itu bukan sekedar mengolah waktu yang kita miliki. Berbagi adalah sikap di mana kita melakukan sesuatu dengan ikhlas dalam segala kondisi.
“Berbagi adalah ikhlas. Buat apa berbagi kalau
ingin mendapatkan balasan?” –Bapak.
Sistematika Ikhlas (Dokpri) |
Berbagi tidak akan mengurangi sesuatu yang berharga dalam diri kita. Tetapi jangan berbagi karena mengharapkan sesuatu yang lebih. Berbagi adalah bentuk rasa syukur tiada tara.
Sebagai mahasiswi yang bekerja serabutan (mulai dari sebar brosur, bisnis mikro, offline job part time, hingga menjadi content writer), berbagi materi adalah hal yang sulit. Meski demikian, insya Allah zakat dan infaq tetap menjadi komitmen. Terlebih, lingkaran pertemanan di kampus memacu kami untuk saling mengingatkan kala harus menunaikan kewajiban tersebut.
So, bagaimana caraku berbagi untuk orang lain? Mengerahkan waktu dan
tenaga dong. Paling sering sih menjadi volunteer
lapangan. Why volunteer lapangan? Aku
bisa menyalurkan hobi sambil berbagi. Yes, hobi aku menjelajah alam dan
kehidupan sosial, lengkap dengan korelasi antar keduanya.
Dok: Komunitas Saung Mimpi |
Berbagi Waktu Setara Dengan Mengalirkan Kebahagiaan
Pernahkah
kamu merasa menjadi manusia yang useless? Jujur, aku sering mengalaminya. Rentang
waktu yang aku miliki kadangkala terbuang sia-sia, baik disengaja maupun tidak. Fine,
hal itu membuat aku mencoba bergerak untuk memaksimalkan potensi.
For
example, saat menjadi volunteer komunitas non profit berbasis pendidikan.
Tantangan saat itu adalah menjadi fasilitator bagi anak-anak. Meski sering
berhubungan dengan dunia anak, menjadi bagian dari mereka bukanlah hal yang
mudah. 2 bulan setelah masa pendampingan berakhir aku kembali mengunjungi salah
satu sekolah di Kulon Progo, Yogyakarta. Dengan haru, seorang ibu muda
memelukku. Kabar baiknya, aku berhasil!
“Mbak
Latifah, terima kasih ya. Semenjak kenal sama Mbak, anak saya rajin berangkat
ke sekolah. Dulu dia sering membolos,” senyum ibu satu anak itu membuatku ikut
bergembira.
Jalan setapak di lokasi mengabdi, Piyungan, Bantul, Yogyakarta (Dokpri) |
Berbagi Tenaga Justru Membuatku Lebih Tangguh
“Latifah
itu lemah” adalah ungkapan pembunuh dari teman-teman lelakiku kala masih
menjadi pelajar. Berangkat dari situ aku mulai berusaha menjadi sosok mandiri
dan berani. Aku tak berhenti apply kegiatan volunteer yang cukup menantang.
Misalnya volunteer home visit calon penerima beasiswa.
Aku pun
bertugas di wilayah minim akses. Letak geografis yang sulit dijangkau adalah
makanan sehari-hari. Jika dulu aku selalu bergantung pada orang lain saat
mengendarai sepeda motor di daerah pegunungan, kini aku bisa sendiri.
“Kalau
bukan kamu partner-ku, nggak tau lagi mau bagaimana. Aku nggak nyangka medannya
sesulit ini. Beruntung kamu bisa membawaku dengan aman. Kehidupan volunteer
memang keras ya, Mbak. Niat berbagi tapi harus bersusah payah juga,” ucap salah
seorang partner home visit.
Bukan hanya tangguh fisik, mental juga mulai tertata. Aku mulai melakukan manajemen sebelum melakukan perjalanan. Mengintip gmaps, checking kendaraan, dan tak lupa berdoa. Satu lagi, berkendara dengan tertib agar dapat berbagi keselamatan dengan pengguna jalan lain.
Well,
selain berbagi menjadi volunteer as sunnah, kita juga harus memenuhi kewajiban
berbagi sesuai syariat dong.
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, beramal saleh, menegakkan shalat, dan membayar zakat,
mereka mendapatkan pahala dari sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran atas
mereka dan mereka tidak (pula) bersedih hati." ---Q. S Al Baqarah: 277
Nah, aku rekomendasiin Dompet Dhuafa buat teman-teman yang ingin menyalurkan zakat dan infaq.
Why Dompet Dhuafa?
Senin
(25/03/2019), aku dan teman-teman Komunitas Blogger Jogja berkesempatan
menghadiri launching gerakan "Jangan Takut Berbagi" di Mezzanine Cafe
and Eatery.
Dalam
sambutannya, Bambang Edi Prasetyo selaku Direktur Dompet Dhuafa Yogyakarta
menyampaikan annual report kinerja Dompet Dhuafa (DD). Pada tahun 2018, DD
berhasil menebar kebaikan kepada 2.151.802 jiwa penerima manfaat yang tersebar
di 34 provinsi dengan total penghimpunan Rp 312.50 Miliar.
Sumber: Swara Cinta (Dokpri) |
Sumber: Swara Cinta (Dokpri) |
Sementara
Ibu Suci Kadarsih menuturkan, “Tahun 2019 Dompet Dhuafa ingin memperluas pangsa
pasar. Kita ingin zakat dan infaq bukan sekedar kewajiban, tetapi lebih dari
itu.”
Launching
gerakan #jangantakutberbagi bertujuan memperluas pemahaman masyarakat tentang
arti berbagi. Berbagi bukan hanya soal materi, tetapi juga potensi lain dalam
diri kita. Misalnya waktu, senyuman, ilmu, atau produksi konten positif dan
bermanfaat di media sosial.
Dalam
launching tersebut turut hadir Mas Alan, salah seorang penerima manfaat dengan
bisnis budidaya aloe vera. Pasca menjadi mitra Dompet Dhuafa, Mas Alan bisa
menggandeng ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya (Gunung Kidul) untuk ikut
berpartisipasi dalam desa wisata rintisannya. Selain mengembangkan lahan
budidaya lidah buaya menjadi desa wisata, Mas Alan mulai mengolah kulit lidah buaya
menjadi camilan.
"Mari
kita kembali menjadi manusia yang saling mengisi antara manusia yang
lainnya." ---Maily, ketua Jakarta Humanity Festival 2019
Jadi, kapan
kamu mulai donasi?
www.dompetdhuafa.org |
“Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Blog
Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”
Kagum deh sama Dompet Dhuafa yang juga memberikan pembinaan pada masyarakat seperti Mas Alan yang telah sukses usaha dan juga dapat menggandeng ibu-ibu setempat...Volunteer emang menyenangkan bila 1/0 (ikhlas), juga memberikan kebahagiaan dan kepuasan tersendiri, banyak orang-orang yang rajin volunteer ini (riset terhadap baby boomer) lebih sehat dan bahagia dibandingkan dengan yang tidak mengadakan volunteer... Ayo, join di DD dan rame-rame kita memulai donasi...yay...
BalasHapusAlhamdulillah ya Mbak,memang semenjak jadi volunteer jadi selalu bahahia 😊 Mauu juga dong jadi volunteer DD. Semoga next time bisa gabung
HapusKeren...asyik ya warna-warni dunia mahasiswa...banyak waktu untuk mengikuti kegiatan yang full manfaat..👍👍
BalasHapusHihiii sisi negatifnya, aku jadi betah berstatus mahasiswi nih Mbak 😄
Hapus“Berbagi adalah ikhlas. Buat apa berbagi kalau ingin mendapatkan balasan?” –Bapak. Ini bapaknya Kak Latif ya? kalimatnya ngena banget buat kita ikhlas memberi tanpa pamrih ya, terima kasih
BalasHapusAlhamdulillah iya, itu pesan Bapak yg selalu aku ingat. Semoga kita dalam golongan ikhlas berbagi ya Kak 😊
HapusDonasi lewat DD memang terpercaya. Hasilnya disalurkan untuk pemberdayaan
BalasHapusAlhamdulillah ya Kak. Insya Allah DD amanah
HapusTerinspirasi lo fah ����. smua apa yg aku rasakan ada di blog it smua �� karena dg berbagipun kita juga bisa merasakan kebahagiaan dan belajar lebih banyak lagi untuk bersyukur
BalasHapusAlhamdulillah ya. Bagiku, berbagi juga bentuk tertinggi dari rasa syukur 😊
HapusDengan membaca cerita saja sudah terinspirasi...seperti ikut dalam cerita
BalasHapusAlhamdulillah semoga berkah bagi semua 😊
HapusGood job, semangat terus menebar manfaat :)
BalasHapusSo inspiring 😍
Thankyou 😍 semangat Kak
HapusUdah bisa ngerasain berbagi, rasanya bahagia banget, ada rasa tenang.
BalasHapusIya Mbak. Alhamdulillah
HapusBaca artikel ini jadi kangen dgn suasana waktu masih mahasiswa,..keren sekali sampai si ibu memeluk setelah anaknya kembali semangat belajar
BalasHapusIya Mas. Terharu banget. Jadi makin bahagia
HapusSungguh suatu kebahagiaan dan tentunya pengalaman yg berharga ya mbak
HapusIkhlas tu susah loo. Udah bilang ikhlas tapi keinget mulu. Jadinya gak ikhlas deh, hihi. Iya jangan takut berbagi karena rezeki ditambahNya agar kita giat berbagi pada sesama.
BalasHapusSalam manis,
-- artha --
Hihii semoga memang ikhlas 😄
Hapusoke dan jangan takut berbagi
BalasHapusSiap Kak. Ayo mulai berbagi
HapusBerbagi bukan mengurangi harta kita tapi malah menambah lebih banyak lagi
BalasHapusSemoga ya Mbak 😊
HapusBerbagi ga selalu harus uang sih ya, lagi pula kita dulu punya budaya berbagi tenaga yang kita sebut gotong royong, harusnya sampai kini budaya itu masih ada,. Toh gak ada ruginya kan ya bantu orang. :) Nice article..
BalasHapusBener tuh Mbak. Budaya gotong royong harus dilestarikan 👌
HapusBerbagi itu gak akan membuat kita miskin, maka jgn takut utk berbagi ..
BalasHapusSemangat berbagi ya Mbak 😊
HapusBerbagi itu keren. Berbagi itu membuat rezeki kita semakin banyak.
BalasHapusRezeki ketemu orang-orang baru, ilmu, pengalaman, bahkan bisa bikin bahagia berkali-kali lipat.
Saya juga suka berbagi Kak.
Berbagi itu meluangkan waktu. Setuju banget sama kata-kata ini.
Kapan lagi mau berbagi kalau kita nggak meluangkan waktu berbagi?
Saya dulu juga serabutan semasa kuliah.
Jadi inget. Sayang nggak bisa jadi volunteer lapang sampai jauh sekali karena memang fisik lemah.
Semangat terus kak!
Salam.
Wah keren, semangat ya Kak. Jangan lelah berbagi 😊
HapusKereeen!! Semangat kak
BalasHapusTerima kasih Kak. Semangatt
Hapus