Ternyata
daun tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan makanan atau dibuang begitu saja.
Tren masyarakat yang ingin menjaga bumi membawa dampak baik bagi lingkungan
sekitar, tak terkecuali seni ecoprint.
Ecoprint merupakan teknik memberi pola dan warna pada media (kain)
menggunakan bahan alami, misalnya dedaunan. Teknik sederhana ini mudah
dipraktikkan oleh semua kalangan.
Perkembangan
fashion dari ecoprint di Indonesia pun mendapatkan antusias yang baik dari
masyarakat, khususnya pecinta go green
project. Beberapa waktu lalu aku berhasil menyapa salah seorang pelaku
bisnis ecoprint. Ibu Ulfa, seorang
pelaku bisnis ecoprint mengaku
jangkauan produknya sudah go-international.
Tak hanya membuat produk dalam bentuk kain, Ibu Ulfa sudah mengembangkan
produknya menjadi kaos, hijab, mukena, sprei dan sarung bantal, hingga sarung
sedotan stainless.
“Minat
masyarakat cukup baik, Mbak. Memang selama ini label ‘mahal’ pada produk ecoprint masih menempel sempurna. Tetapi
tidak hanya kalangan atas saja yang membeli, mahasiswa yang dikenal ‘hemat’ pun
mampu berbelanja produk ecoprint,”
terang Ibu Ulfa.
Sementara Mbak
Nita (@anitasarisukaca), alumni Institut Seni Indonesia Yogyakarta, berbagi
teknik ecoprint sederhana dalam Fun
Art Class di Pendhapa Art Space, Sabtu (18/05/19). Kelas diikuti oleh lebih
dari 15 peserta awam dari berbagai usia dan profesi. Beruntung saya dapat hadir
dan mencoba teknik dasar ecoprint
pada selembar kain.
Alat
dan Bahan yang Mudah Didapatkan
Untuk
membuatnya cukup mudah, siapkan daun-daun yang bercorak khas dan mengeluarkan
getah. Saya mencoba menggunakan daun jati, daun pohon mangga, daun pohon
nangka, dan bunga kamboja kuning. Selanjutnya kita memerlukan alat pukul,
direkomendasikan alat pukul yang terbuat dari kayu. Namun pada kelas kemarin
aku memukul daun menggunakan batu yang bisa didapat dengan mudah.
Untuk jenis kain, sila memilih sesuai kebutuhan. Bagi pemula dianjurkan menggunakan kain katun agar lebih praktis. Terakhir, siapkan air tawas untuk finishing. Pun jangan lupa tali, ember, panci kukus beserta kompornya, serta tali jemuran dan penjepit kain.
Untuk jenis kain, sila memilih sesuai kebutuhan. Bagi pemula dianjurkan menggunakan kain katun agar lebih praktis. Terakhir, siapkan air tawas untuk finishing. Pun jangan lupa tali, ember, panci kukus beserta kompornya, serta tali jemuran dan penjepit kain.
Cara Membuat Ecoprint
1. Pilih daun dengan tulang yang unik agar motif lebih eyechatching. Letakkan helai daun pada kain. Tutup dengan lembaran plastik agar getah daun tidak keluar dari pola.
Penataan daun sesuai selera |
2. Pukul secara perlahan dan konsisten mulai dari tulang daun hingga mengeluarkan zat warna. Lakukan pada semua helai daun sehingga nampak pola mentah pada kain.
3. Gulung kain beserta plastiknya secara padat dan rapi. Plastik bisa saja dilepas, namun penggunaan plastik pada gulungan akan mencegah warna berceceran.
Gulung kain dengan rapi |
4. Ikat kuat gulungan dengan tali. Lakukan secara berulang agar warna tetap aman.
Ikatan kain |
5. Kukus kain gulung. Untuk hasil yang lebih baik, kukus selama 2 jam.
6. Angkat dan tiriskan gulungan kain. Lepas ikatan secara perlahan ketika sudah mulai dingin.
Hasil setelah dikukus |
7. Celupkan pada air tawas tanpa diperas.
Doc: instagram @pendhapaartspace |
8. Terakhir, jemur kain di tempat sejuk.
Doc: instagram @pendhapaartspace |
Menurut
Mbak Nita, hasil motif warna yang eksotis pada ecoprint tidak bisa didapat secara instan. Kita perlu melakukan trial and error dengan beragam jenis
daun dan bunga. Pun pemilihan kain akan mempengaruhi tujuan akhir finishing, apakah nanti akan dijadikan
baju, hijab, atau bentuk lain. Pemilihan kain sesuai selera dan tujuan akhir.
Di
akhir sesi kelas, Mbak Nita juga menjelaskan bahwa teknik memukul yang baik
adalah konsisten perlahan. Aku pun membandingkan hasil ecoprint milikku dengan peserta lain. Nampak satu lembar kin ecoprint milik seorang ibu yang hasilnya
rapi. Beliau mengatakan bahwa teknik pemukulan daunnya secara perlahan dengan
risiko waktu yang lebih lama.
Dengan
potensi bisnis yang menjanjikan dan proses pembuatan cukup mudah, beberapa
peserta ingin menggali lebih dalam teknik ecoprint. Pemasarannya pun cukup
mudah melalui komunitas go-green,
media sosial, marketplace, dan lingkungan sekitar. Jadi, tunggu apa lagi, kapan
mau mempraktikkan di rumah?
Wah... Aku ga diajak.... Kemarin aju juga belajar bikin ecoprint, tapi lewat youtube. Punyaku kurang direndam tawas nih..jadi warnanya agak pudar. .hihi.
BalasHapusHihii next coba ikut kelas lagi yuk Mbak
HapusTernyata begitu yaaa Mbak proses ecoprint..terjawab sudah rasa penasaran saya lewat tulisan ini hehehe. Thanks for sharing anyway.
BalasHapusKira-kira ecoprint ini recommended dijadikan tugas kelompok buat siswa di sekolah gak ya Mbak? :)
Justru memang cocok untuk dijadikan keterampilan anak sekolah Mbak. Kalau di Jogja bisa colek aku,temanku ada yg bisa memandu praktek hehe 😊
HapusWahh saya jauh Mbak, di Tambun Bekasi hahaha. Ada temennya di daerah sini gak Mbak? :D
HapusMasyAllah keren banget sih Mba Ecoprint ini ya. Jadi warna yang keluarnya alami ya. Kreatif dan cerdas ikh idenya
BalasHapusIya mbak, nggak perlu pewarna buatan. Cara bikinnya emang agak menguras waktu dan tenaga tapi hasilnya memuaskan
Hapus