Siapa nih yang kalau kondangan memanfaatkan momen untuk ambil makan sebanyak-banyaknya?
No problem kalau makanannya habis. Namun realitanya sebagian besar orang menyisakan makanan di piring. Makanan sisa yang aku maksud bukan tulang atau potongan lengkuas yaa, tetapi beneran makanan layak seperti nasi, potongan daging, sayuran, dan lain sebagainya. Sudahlah merugikan empunya hajat, pihak catering, nggak ramah lingkungan pula. Bikin sampah meningkat dan tentu saja sayang sekali bahan makanan yang sudah diolah sedemikian rupa jadi sia-sia.
Berkaitan soal sampah makanan, ada fakta mengejutkan yang aku dapat dari online gathering Eco Blogger Squad, Jumat (20/10) lalu. Meeting via Zoom ini mengangkat tema "Semangat Orang Muda Menjaga Bumi Indonesia". Ada 3 narasumber cantik nan inspiratif, yaitu Jaqualine Wijaya (CEO and Co-Founder at Eathink), kak Cerli Febri Ramadani (Ketua Sentra Kreatif Lestari Siak/SKELAS), dan kak Amalya Reza (Manager Bioenergi at Trend Asia).
Dari data Economist Intelligence Unit, sampah makanan di Indonesia mayoritas berasal dari limbah rumah tangga. Dengan kata lain sisa makanan di kondangan, restoran all you can eat, warung makan, hotel, tempat rekreasi, dan industri ritel hanyalah sebagian kecil. Bayangkan saja, tiap akhir pekan ada hajatan pernikahan dengan sampah makanan yang tidak sedikit. Belum lagi sampah makanan dark restoran, dapur hotel, tempat rekreasi, catering perusahaan, dan lain sebagainya.
Padahal produksi makanan menjadi salah satu penyebab meningkatnya emisi gas rumah kaca. Dampaknya luar biasa, gas ini bisa memerangkap panas di atmosfer bumi dan menyebabkan kenaikan suhu global. Dampak selanjutnya yaitu perubahan iklim yang signifikan, misalnya peningkatan suhu, pencairan es, dan naiknya permukaan laut.
Jika penumpukan sampah makanan imi dibiarkan terus-menerus maka dampak buruk bagi bumi juga semakin meningkat. Berawal dari sana, Eco Blogger Squad gencar melakukan gathering bertajuk menjaga bumi dan siap melakukan aksi sederhana sesuai versi masing-masing. Terlebih jika kita masih muda, masih banyak waktu untuk berkontribusi nyata. Nah, usai online gathering kemarin, aku menemukan 3 cara kreatif orang muda untuk menjaga bumi Indonesia.
Manajemen Makanan Pribadi
Apa kabar dapur di rumah? Apakah penuh dengan bahan makanan? Lalu bagaimana isi tempat sampah dan bak cuci piringnya? Penuh sisa makanan nggak tuh?
Aku lahir di keluarga yang terhitung jarang masak sendiri. Saat masih sekolah, ibuku justru sering membeli makanan jadi di warung tetangga. Alasannya banyak, karena nggak mau sisa stok bahan makanan terbuang saat sudah basi atau busuk, ingin konsumsi makanan sesuai porsi (kalau masak sendiri kadang nggak bisa porsi kecil), dan tentu saja win-win solution (menurut ibuku membeli lebih hemat sekaligus membantu perekonomian penjual).
Lambat laun aku rasakan sendiri saat mulai suka memasak. Aku seringkali kalap mengambil berbagai sayuran dan lauk saat belanja. Padahal nggak tiap hari masak. Kalaupun masak, sisa bahan makanannya masih banyak. Kadang basi atau busuk. Sangat disayangkan. Belum lagi soal pemborosan uang belanja. Nyesel dong beli banyak tapi yang dimakan hanya 3/4 bagiannya saja.
Itulah mengapa aku sekarang sangat menghargai makanan. Aku selalu mengambil makanan sesuai porsi, baik saat di rumah maupun di kondangan atau all you can eat. Ibaratnya ambil piring kosong, kembalikan piringnya dalam keadaan kosong lagi. Kecuali ada bahan yang memang harus dibuang, misalnya tulang ayam atau duri ikan.
Nah, berkat online gathering #EcoBloggerSquad ini aku tau bahwa sampah makanan juga memiliki dampak negatif untuk bumi tercinta. Maka dari itu kak Jaqualine memaparkan 3 aksi untuk mengurangi sampah makanan:
Aku lahir di keluarga yang terhitung jarang masak sendiri. Saat masih sekolah, ibuku justru sering membeli makanan jadi di warung tetangga. Alasannya banyak, karena nggak mau sisa stok bahan makanan terbuang saat sudah basi atau busuk, ingin konsumsi makanan sesuai porsi (kalau masak sendiri kadang nggak bisa porsi kecil), dan tentu saja win-win solution (menurut ibuku membeli lebih hemat sekaligus membantu perekonomian penjual).
Lambat laun aku rasakan sendiri saat mulai suka memasak. Aku seringkali kalap mengambil berbagai sayuran dan lauk saat belanja. Padahal nggak tiap hari masak. Kalaupun masak, sisa bahan makanannya masih banyak. Kadang basi atau busuk. Sangat disayangkan. Belum lagi soal pemborosan uang belanja. Nyesel dong beli banyak tapi yang dimakan hanya 3/4 bagiannya saja.
Itulah mengapa aku sekarang sangat menghargai makanan. Aku selalu mengambil makanan sesuai porsi, baik saat di rumah maupun di kondangan atau all you can eat. Ibaratnya ambil piring kosong, kembalikan piringnya dalam keadaan kosong lagi. Kecuali ada bahan yang memang harus dibuang, misalnya tulang ayam atau duri ikan.
Nah, berkat online gathering #EcoBloggerSquad ini aku tau bahwa sampah makanan juga memiliki dampak negatif untuk bumi tercinta. Maka dari itu kak Jaqualine memaparkan 3 aksi untuk mengurangi sampah makanan:
- Membuat Meal Planning
- Membuat Daftar Belanja
- Manajemen Food Storage
Dukung Pemberdayaan UMKM Lokal
Menurutku mendukung UMKM lokal bukan sekadar kampanye, melainkan harus lewat aksi nyata. Cara paling mudah yaitu dengan ikut membagikan postingan jualan UMKM atau membelinya. Jika permintaan produk UMKM meningkat, otomatis kesejahteraan mereka juga naik.
Nah, narsum kedua yaitu kak Cerli bercerita banyak tentang aktivitas SKELAS yang tidak jauh dari pemberdayaan UMKM lokal. SKELAS sendiri dikelola oleh orang muda melalui kerja sama multipihak untuk mengembangkan inovasi produk lokal sehingga mewujudkan kelestarian alam dan budaya serta kesejahteraan bersama. Saat ini SKELAS memiliki program KUBISA (Inkubasi Bisnis Lestari) yang berisi pelatihan dan pendampingan pelaku usaha untuk mengembangkan bisnisnya. Dengan program ini UMKM tak hanya "berjualan" saja, melainkan juga punya manajemen bisnis yang baik serta berdampak positif bagi lingkungan dan sosial.
Misalnya bisnis minuman berbahan dasar nanas yang ditanam di lahan gambut. Dengan ditanam di lahan gambut pelaku usaha ikut berkontribusi mencegah kebakaran hutan dan lahan. SKELAS juga ikut mendukung upgrade UMKM yang sebelumnya kemasan produk kurang menarik disulap menjadi berkualitas (tak kalah dengan minuman pabrikan).
Nah, narsum kedua yaitu kak Cerli bercerita banyak tentang aktivitas SKELAS yang tidak jauh dari pemberdayaan UMKM lokal. SKELAS sendiri dikelola oleh orang muda melalui kerja sama multipihak untuk mengembangkan inovasi produk lokal sehingga mewujudkan kelestarian alam dan budaya serta kesejahteraan bersama. Saat ini SKELAS memiliki program KUBISA (Inkubasi Bisnis Lestari) yang berisi pelatihan dan pendampingan pelaku usaha untuk mengembangkan bisnisnya. Dengan program ini UMKM tak hanya "berjualan" saja, melainkan juga punya manajemen bisnis yang baik serta berdampak positif bagi lingkungan dan sosial.
Misalnya bisnis minuman berbahan dasar nanas yang ditanam di lahan gambut. Dengan ditanam di lahan gambut pelaku usaha ikut berkontribusi mencegah kebakaran hutan dan lahan. SKELAS juga ikut mendukung upgrade UMKM yang sebelumnya kemasan produk kurang menarik disulap menjadi berkualitas (tak kalah dengan minuman pabrikan).
Bijak Menggunakan Energi
Doc: materi dari kak Amalya |
Narsum ketiga yaitu kak Amalya berbicara banyak tentang hemat energi. Satu yang paling mudah untuk direalisasikan yaitu hemat listrik. Kita bisa mematikan segala alat elektronik yang tidak digunakan secara efektif. Misalnya matikan lampu di siang hari, bijak menggunakan setrika, atau atur jadwal menonton TV. Fokuslah saat sedang menyetrika atau nonton TV, jangan sembari bermain handphone.
Listrik itu kan sumbernya batu bara. Proses pembakaran batu bara untuk membangkitkan listrik menyebabkan gas karbon dioksida meningkat. Gas inilah yang akan lepas ke udara dan menjadi emisi penyebab pemanasan global. Kalau dilakukan terus-menerus tentu saja dampaknya meluas hingga ke perubahan iklim.
Bagaimana, usaha apa yang siap kamu lakukan untuk menjaga bumi Indonesia?
Listrik itu kan sumbernya batu bara. Proses pembakaran batu bara untuk membangkitkan listrik menyebabkan gas karbon dioksida meningkat. Gas inilah yang akan lepas ke udara dan menjadi emisi penyebab pemanasan global. Kalau dilakukan terus-menerus tentu saja dampaknya meluas hingga ke perubahan iklim.
Bagaimana, usaha apa yang siap kamu lakukan untuk menjaga bumi Indonesia?
Posting Komentar
Posting Komentar